Rasa Syukur
Terima kasih, ya. Sudah menyelipkan banyak pelajaran meski hanya sebentar. Ya walaupun jalinan komunikasi kita udah ga kaya dulu lagi. April tahun ini mengingatkan saya untuk lebih bersyukur dengan apa yang saya punya sekarang. Untuk meminimalisir kekhawatiran yang selalu berputar di kepala saya. Untuk menyudahi kesedihan dan rasa insecure yang memang pada dasarnya manusia itu ga ada yang sempurna. Berkat kamu, saya bisa menulis kembali, setelah berhenti untuk sementara waktu. Berkat kamu, saya menjadi mengerti diri saya sendiri. Mencoba untuk menerima diri saya sendiri.
Terima kasih juga sudah selalu mengingatkan saya agar tidak jadi orang pelupa. Menjadi perempuan yang selalu mengingat hal kecil, juga mengingat akan diri sendiri. Peduli dengan diri saya sendiri sebelum memedulikan orang lain.
Sekarang bukan cuma jarak yang membatasi, kamu pun demikian. Saya sempat kebingungan, tapi memang saya di sini yang salah. Ada sesuatu yang berbeda di pemikiran kita. Lelucon saya yang keterlaluan. Yang membuat kamu kesal berulang kali, pun saya yang terus berulang kali melakukannya. Hingga akhirnya, lelucon itu yang menjadi ketakutan terbesar dalam hidup saya. Iya, kehilangan.
Baik-baik, ya di sana. Tetaplah jadi baik, orang baik. Terima kasih sudah mampir. Kalaupun semesta menghendaki kita bertemu kembali, semoga saya bisa jadi diri saya untuk versi yang jauh lebih baik lagi. Sampai jumpa.
Komentar
Posting Komentar